Posted by : Unknown



Percy Jackson: Sea of Monsters memulai penceritaannya ketika masalah tersebut suatu hari muncul setelah sesosok monster berhasil menerobos masuk ke dalam Camp Half-Blood dan mengancam keselamatan para penghuninya. Setelah melalui penyelidikan, dua pimpinan Camp Half-Blood, Dionysus (Stanley Tucci) dan Chiron (Anthony Head), lalu menyadari bahwa pohon berdaya kekuatan magis yang selama ini melindungi Camp Half-Blood telah diracuni dan membuatnya tidak lagi mampu menjaga keamanan Camp Half-Blood dari serangan luar. Untuk menghilangkan racun tersebut, Dionysus dan Chiron kemudian mengirimkan Clarisse La Rue (Leven Rambin) yang merupakan puteri keturunan dewa Ares untuk mencari Golden Fleece yang berada di kawasan Sea of Monsters – atau dikenal sebagai Segitiga Bermuda bagi para manusia biasa. Keputusan untuk mengirimkan Clarisse jelas membuat Percy kecewa. Namun, bersama dengan Grover, Annabeth serta adik tirinya, Tyson (Douglas Smith) yang juga merupakan  seorang keturunan Poseidon namun berwujud sebagai cyclops, Percy secara diam-diam berangkat meninggalkan Camp Half-Blood dan memulai sendiri petualangan barunya.
Percy Jackson: Sea of Monsters memang tidak lagi disutradarai oleh Chris Columbus – yang kini lebih memilih hanya untuk duduk di posisi produser. Beruntung, Thor Freudenthal (Diary of a Wimpy Kid, 2010) yang menggantikan posisi Columbus memiliki kapabilitas yang cukup dalam mengendalikan alur penceritaan film ini. Freudenthal sepertinya sadara bahwa Percy Jackson: Sea of Monsters bukanlah sebuah materi yang cukup kuat untuk dihadirkan dengan narasi drama yang mengikat. Karenanya, Freudenthal kemudian memilih untuk menghadirkan Percy Jackson: Sea of Monsters dengan ritme penceritaan yang bergerak begitu cepat serta diiringi dengan deretan adegan aksi plus penataan visual yang harus diakui tampil lebih baik dari seri sebelumnya. Mereka yang menggemari film-film petualangan ringan – atau telah jatuh cinta pada seri pertama film ini – jelas akan menyukai bagaimana arahan baru Freudenthal terhadap Percy Jackson: Sea of Monsters.
Namun, tentu saja, berbagai gimmicks yang dihadirkan oleh Freudenthal jelas tidak akan membutakan mata banyak penonton dan dengan begitu saja melupakan berbagai kelemahan elemen penceritaan yang terdapat dalam film ini. Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Marc Guggenheim (Green Lantern, 2011), Percy Jackson: Sea of Monsters masih harus diakui belum mampu meningkatkan kelas franchise ini menjadi sebuah seri film petualangan muda yang layak untuk ditunggu kehadirannya di masa yang akan datang. Kebanyakan konflik maupun adegannya jelas-jelas terasa sebagai potongan-potongan kisah yang telah banyak dihadirkan dalam film-film sejenis buatan Hollywood lainnya. Guggenheim juga tidak begitu mampu menghadirkan penggalian karakter yang menarik bagi deretan karakter yang hadir dalam penceritaan film ini. Kebanyakan karakter tersebut – khususnya karakter-karakter baru – dihadirkan tanpa latar belakang kisah yang kuat dan mampu membuat kehadiran mereka tampil menarik.

- Copyright © 2013 Just Sadadine - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -